Tour de Singkarak series by singkarak-traveler.blogspot.com
SI PADANG, OH SI PADANG (RAPSODI ZAMAN)
Engku muda!
Jalan ini, jalan tidak bertapak engku! Sebelah utara di rel lokomotif tua pingiran muara
engku berjalan sendiri menjemput senyum gadis cina, yang diapit hasap hio di kelenteng
karcis kelas II seharga ƒ 0,5 (gulden) masih engku pegang sebab pertunjukanToneel tidak jadi
Orang-orang membiarkan mukanya terendap dalam lenguh si kuda bendi di pasar Kuranji
dan nama engku tercatat dalam roman itu “Si pelerai kasih” itulah kabar angin yang tersiar
Malam minggu selepas petang bergerimis di awal Desember 1921, kita berjanji di sini,
Aku mengenakan kebaya, sedang engku mengenakan peci dan sarung tenun dari Samarinda
Di tangan masih hangat berita di Pertja Barat, koran sore yang remuk aku lipat. Engku datang
Seperti gerak lokomotif mengangkut karang putih berdenyut-denyut darah dalam jantungku
Emmahaven nan bacin, dermaga Gaung sisa-sisa kantuk tersemat di ceruk matamu engku.
Dan kita berlalu, memikir negeri, mengukir asma azan di dada masing-masing.
Uda
Jalan ini, jalan tidak bertapak uda! Masing ingatkah kita bersepeda melintasi gardu Muara
Malam minggu selepas petang bergerimis di awal Desember 1973, kita berjanji di sini,
Aku mengenakan rok dan blues sedang uda, levis cut bray, kemeja ketat dan kriting kribo
Ke Gunung Padang kita, ke Gunung Padang, menjenguk rindu pada ujung-ujung buih lautan
Kita kunyah gulali, kita kuliti kacang abuih, dan lidah kita berdecak-decak,kencan pertama
Denyut kota ini semakin lenguh di antara lagu-lagu gamad,mengalir seperti terlerai dari zaman
Sayang!
Malam minggu selepas petang bergerimis di awal Desember 2005, kita berjanji di sini
Di jalan damar, sore yang ribut terkantuk, bau amis laut berganti dengan seduh kopi pahit,
Mesin-mesin ketik tua kejar-mengejar dari ruang redaksi, Haluan mencatat “Generasi Sesak”
Lamat lagu gamat, suara azan semakin jauh digilas lalu lintas sibuk, etalase, bilboar, rapun
Dan angin lasi terantuk, di losmen, gincu tebal dan dentang ombak puruih teramat nyinyir,
dan kita berlalu seperti lagi sedih, si padang oh si padang, lalu orang-orang berteriak “Tsunami”
Honey!
Jalan ini jalan tidak bertapak sayang! Masih ingat? kita larut dalam desak payung-payung Taplau
gue mengenakan tank top biru muda, levis potong paha, sedang elo keluar ala “Mohawk”modis
dan kita seperti sesak mengukir warna di biru di kanal-kanal teluk tubuhku, di gelinjang betisku
jalan-jalan seperti pentas catwalk, hinggar dentum musik dari angkot, surau-surau lengang, seperti riak yang berteriak-teriak si pongah. Beragam aroma nafas, amis keringat akhirnya berderam labuh di sudut-sudut kota, sumpah serapah dan seseorang menunjuk ke arahku “uwia-uwia mintak gatah” dan kita berlalu tak peduli seperti lagi sedih si padang oh si padang, kian kisut, semakin lagis terantuk di tikam zaman.
Puisi Kurnia Hadinata
KURNIA HADINATA, dilahirkan 17 Desember 1981 silam di kota budaya Batusangkar, Sumatera Barat. Merupakan alumnus Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa Sastra dan Seni (FBSS) Universitas Negeri Padang (UNP) tahun 2004. Tahun 2011 menamatkan pendidikan S2-nya di almamater yang sama. Sampai sekarang aktif menulis dan mengisi kolom, puisi, cerpen, artikel dan feature dan foto di beberapa media lokal Sumbar dan nasional, diantaranya Harian Singgalang, Harian Padang Ekspres, HarianHaluan, Harian Mimbar Minang. Majalah Sastra Horison (Jakarta), MajalahKartini (Jakarta). Secara pribadi pernah menerbitkan buku kumpulan puisi yang bertajuk Aubade Pesta Hujan (2003). Musim Hujan yang Menggugurkan Daun-daun Puisi (2007), Lelaki yang Kawin dengan Orang Bunian (Kumpulan Cerpen, 2007) dan sebuah novelBianglala di Bukit Barisan (2008). Pernah menjadi wartawan lepas di beberapa media massa diantaranya Harian Haluan Padang (2004-2005) menjadi Koresponden LKBN ANTARA (2005-2006). Berbagai penghargaan pernah diraihnya diantaranya nominator Lomba Menulis Cerpen Tingkat Nasional pada Festival Kreativitas Pemuda 2006 kerjasama Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda Kementrian Pemuda dan Olah Raga RI denganCreative Writing Institute (CWI). Juara 3 Lomba menulis Essai Pendidikan Antar Wartawan Se- Kabupaten Pasaman tahun 2009. Peringkat 3 Lomba Menulis Cerpen Tingkat Guru Se-Sumbar Tahun 2009. Nominator 20 Cerpen Favorit Lomba Menulis Cerpen Remaja Rhoto Award 2009. PeringkatRunner-Up Lomba Menulis Cerpen (LMCP) tingkat Nasional antar guru SMA/SMK tahun 2009. Tahun 2010 bukunya “Ayo Membuat Film Cerita Pendek” berhasil meraih Juara 1 Sayembara Menulis Buku Pusat Perbukuan Nasional Kemendiknas. Saat ini sambil mengajar di SMP Negeri 2 Panti Pasaman Sumatera Barat juga terus mengelola rumah baca dan sanggar menulis bagi anak miskin dan pemuda putus sekolah, di Kabupaten Pasaman. Sekarang penulis menetap di Jl. Pasar Inpres Air Terbit Panti No 31, Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman, Sumbar.
0 comments:
Posting Komentar