Mentawai Island Surfing

The Mentawai Islands of Indonesia are one of the most consistent surfing travel destinations in the world (photo: mentawaiislands.com)

Jam Gadang Bukittinggi

Jam Gadang Bukittinggi is one of West Sumatra famous destination landmark (photo:tourdesingkarak.com)

Beautiful Lake Singkarak

Visit the clear and cool water of Lake Singkarak (photo:faceofindonesia.com)

44 Winding Road of Maninjau

Beatiful scenery of 44 Winding Road (Kelok 44) that leads to Maninjau Lake (photo: tourdesingkarak.com)

Minangkabau Traditional Martial Arts

One of famous Harimau Campa style of Minangkabau traditional martial arts (photo:faceofindonesia.com)

Minggu, 19 Februari 2012

Wisata di Pesisir Selatan Sumatera Barat

Sektor pariwisata kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) mulai bergairah karena membludaknya jumlah kunjungan selama lebaran pada hari raya Idul Fiteri 1432 Hijriah tahun ini.

Kunjungan wisata ke berbagai objek wiasata yang ada di Pessel ini memang diluar dugaan. Berdasarkan catatan dinas Pariwisata Pessel, jumlah kunjungan pada lebaran tahun ini mencapai 95 ribu orang, atau ke dua terbesar di Sumbar setelah Bukittinggi.

” Angka ini di akui melebihi dibanding tahun sebelumnya hingga 100 persen,” ungkap kepala dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Periwisata (Dispokbudpar) Pessel, Igbal Rama Dipayana kepada Padang Ekspres kemarin.

Dijelaskanya, jumlah kunjungan wisata lebaran tahun 2010 (tahun lalu red) di Pessel hanya mencapai anggka 35 ribu orang. Berdasarkan peningkatan ini sehingga bisa dikatakan diluar dugaan sebab melebihi angka 100 persen.

“Dari beberapa lokasi wisata jumlah kunjungan rata-rata tahun sebelumnya hanay 3 ribu hingga 5 orang dalam sehari, tapi tahun ini mencapai rata-rata 15 ribu orang selama tujuh hari lebaran. Angka ini dapat dilihat dari jumlah karcis yang terjual di pintu masuk lokasi wisata dan lokasi parkir,” jelas Iqbal.

Ditambahkanya, ledakan jumlah kunjungan di berbagai kawqasan wisata ini terlihat pada H+1 hingga H+4. Sedangkan lokasi kunjungan itu adalah Pantai Carocok Painan, Puncak Langkisau, Jembatan Akar, Pasir Putih Kambang, Teluk Tempurung Batangkapas, Bukit taratak Inah Sutera, Kawasan Mande, Pulau Cubadak, Timbulun Painan Timur, pantai Sumedang Ranah Pesisir dan berbagai lokasi lainya.

“Sedangkan lokasi wisata yang paling banyak di kunjungi adalah kawasan wisata Carocok Painan dan puncak Langkisau, dua lokasi wisata yang berdekatan dengan jumlah kunjungan mencapai 50 ribu orang, di susul pasir Putih Kambang dengan jumlah kunjungan sebanyak 23 ribu. Ini berdasarkan jumlah karcis, kalau diluar itu jumlahnya jauh lebih tinggi. Kondisi ini terlihat di pasir Putih Kambang, sebab warga yang datang kelokasi ini tidak dipungut biaya masuk, tapi datanya berdasarkan jumlah karcis masuk pada permainan hiburan anak-anak,” ujarnya.

“Khusus di pantai Carocok Painan, pengunjung akan disuguhkan dengan pemandangan keindahan kawasan pantai dan jembatan Asmara. Di lokasi ini para pengelola juga menyuguhkan berbagai permainan hiburan anak-anak, jet sky dan banana boad. Sedangkan di puncak Langkisau juga tersedia permainan playing fox. Berbagai jenis permainan ini telah menjadi andalan pada kawasan wisata ini. Disamping juga permainan lain,” ungkapnya.

Selain itu kehadiran jembatan asmara yang menghubungan pulau batu kureta dengan pantai Carocok menjadi tempat bersantai yang menyenangkan bagi keluarga. Dilokasi ini juga tersedia perahu milik masyarakat yang akan mengantarkanya untuk menyeberang kepulau Cingkuak. Di pulau ini juga bisa dilihat benteng bersejarah peninggalan Portugis.

Karena lokasi wisata ini menyejukan mata, sehingga sangat cocok sebagai lokasi liburan keluarga, bagi yang datang bersama anak-anaknya lokasi ini memang cocok untuk bersantai.

Sedangkaon lokasi penunjang lainya yang tak kalah menarik adalah Jembatan Akar, air terjun Timbulun, dan Palangai Gadang. Sedang objek wisata budaya seperti Rumah Mandeh Rubiah, Istana Raja Indera Pura, makam Cindua Mato dan komplek makam Sultan
Perhimpunan Alam di Lunang Kecamatan Lunang Silaut.

“Berbagai lokasi ini sekarang memang dilakukan pembenahan berbagai sarana dan prasaranaya guna memanjakan pengunjung agar bisa betah untuk berlama-lama,” tutupnya. (yo)


Kunjungan Wisata Lebaran Pessel Peringkat Dua Sumbar
Sumber: http://padang-today.com 13/09/2011

Paragliding at Langkisau Hill (Bukik Langkisau) West Sumatra

tour de singkarak series by singkarak-blogspot.com


PESSEL, HALUAN — Tidak lengkap kiranya bila berkunjung ke Pesisir Selatan tidak mampir ke Bukit Langkisau (Langkisau Hill) dan kawasan satelit lainnya. Kawasan ini sangat menakjubkan, dan ditata sedemikian rupa baik fasilitas maupun tampilan puncaknya.

Langkisau Hill menawarkan keindahan tiga dimensi, laut, kota dan hutan. Pertama bila ditera­wang ke barat, anda akan disapa lautan luas dan pulau pulau kecil. Apalagi bila kunjungan itu dilakukan sore hari. Mega merah menunggu matahari terbenam adalah sesuatu yang mengasyikkan dan indah. Lantas palingkan pula pandangan ke di sisi timur, akan terlihat Kota Painan bak kubus kubus kecil yang tersusun rapi. Layangkan pula pandangan jauh, maka hutan rimba yang masih terjaga akan menjadi peman­dangan menyegarkan.

Langkisau Hill yang telah dikembangkan sedemikian rupa semenjak kepemimpinan Bupati Darizal Basir, kini telah menjadi tujuan kunjungan utama di Pesisir Selatan selain kawasan mandeh. Anda sekeluarga bisa menikmati keindahan panorama Puncak Langkisau sembari menikmati liburan.

Sarana pendukung yang bisa dimafaatkan pengunjung adalah pertama soal akses. Jalan menuju puncak langkisau kini sudah bisa dilewati kendaraan roda empat keatas. Artinya, meskipun dengan rombongan besar, kawasan ini bisa dijangkau dengan mudah. Dari Padang untuk dapat menca­pai kawasan ini anda harus me­nem­puh perjalanan sekitar 70 Km.

Bila menggunakan angkutan umum jurusan Padang-Painan akan berhenti di Terminal Sago yang berjarak 5 Km dari kota Painan. Untuk melanjutkan perjalanan ke kota Painan, para pelancong dapat menggunakan angkutan kota (angkot), atau ojek. Atau ada pula angkutan yang bisa langsung masuk atau melewati Kota Painan bila menggunakan sarana ini tentu lebih mudah.

Beberapa aktivitas di Bukit Langkisau dapat dilakukan oleh para pelancong. Diantaranya, paralayang. Paralayang adalah kegiatan adventure yang penuh tantangan. Klub paralayang kota Painan melakukan latihan rutin di bukit ini. Pendaratannya dilakukan di Pantai Salido. Salido terletak sebelah utara kota Painan, Posisinya berada antara Sago (terminal) dan Kota Painan. Selanjutnya, dipuncak langkisau akan di temui landasan pacu para layang, maket Langkisau Hill, kuburan keramat Inyiak Lang­kisau, panorama tempat ber­istirashat sembari memandang keindahan sekitar Langkisau.

Selanjutnya, bagi anda yang hobi melakukan pendakian, maka di sini juga tersedia jalur khusus bagi yang hobi mendaki mulai dari kaki langkisau. Yah sekedar untuk mengeluarkan keringat atau mem­bakar lemak.  Pemerintah setempat juga berencana akan menjadikan kawasan Langkisau Hill sebagai arena out bond. Tentu kini upaya itu masih dalam perencanaan. “Out bond nantinya akan menjadio daya tarik lain di Puncak Langkisau,” ujar Ichsa­nusataruddin, Kepala Dinas PU Pessel.

Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan tahu betul bukit ini merupakan potensi pariwisata yang mampu meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar. Oleh karena itu, diadakan ke­giatan-kegiatan yang mampu mengundang masyarakat luas ke kawasan itu.

Salah satunya dengan kegiatan Festival Langkisau yang diadakan setiap tahun sekali. Puas menik­mati puncak Langkisau, anda dengan bisa memuaskan perjala­nan ke Pantai Carocok, Batu Kureta dan Pulau Cingkuk. Semuanya merupakan kawasan satelit kawasan Langkisau Hill. (haridman kambang)

Sumber: Haluan

PEMANDANGAN TIGA DIMENSI LANGKISAU HILL
Ditulis oleh Teguh  
Minggu, 05 Juni 2011 02:02

Senin, 13 Februari 2012

Tour de Singkarak 2012 Tawaran Bikin Paket-paket Wisata Lengkap

Tour de Singkarak series by singkarak-traveler.blogspot.com



JIKA Anda penggemar sepeda, berwisata ke Sumatera Barat saat Tour de Singkarak (TdS) bisa menjadi pilihan. TdS 2012 rencananya akan diselenggarakan pada 4-10 Juni 2012.

Menurut Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sapta Nirwandar mengatakan kami ingin membuat paket-paket wisata, karena itu kami sudah mengundang Asita nasional dan daerah, jadi dibikin paket start, paket finish, atau paket lengkap mengikuti semua etape. Jadi wisatawan bisa lihat lebih dekat balap sepeda.

“Saat ini penggemar sepeda semakin banyak, sehingga, paket wisata tersebut cocok bagi para penggemar sepeda, sebab wisatawan yang mengambil paket wisata dapat melihat pertandingan sekaligus tur wisata. Hanya saja, bagaimana dengan ketersediaan penginapan? Sebagai gambaran, pada Tour de Singkarak 2012 hanya ada tiga kabupaten/kota yang akan menampung peserta TdS,” ujarnya.

Dikatakan, rider saja ada 120, tapi mereka tidak sendiri ada tim teknis, bisa 250. Belum lagi dari wartawan dan aspek lain, teknis dan penyelenggara, juga pengunjung dan peminat. Minimun 400-500 kamar harus tersedia di tempat itu dan hal ini yang agak memberatkan.

“Pada TdS 2012, kabupaten/kota yang akan menjadi tempat menginap para peserta adalah Padang, Bukittinggi, dan Sawahlunto. Memang, dalam tahun-tahun sebelumnya untuk para atlet akhirnya dilakukan transfer. Misalnya jika start di Solok, maka atlet bisa menginap di Bukittinggi dan sebelum start akan ditransfer ke titik start,” katanya.

Ditambahkannya, sedangkan di Payakumbuh misalnya hanya ada 1 hotel, jadi tidak cukup dan sebagian juga ditransfer ke Bukittinggi, ini belum termasuk tim juri dan tim keamanan. [photo istimewa]

Sumber: www.traveltextonline.com

Zargari in control at Tour de Singkarak

Tour de Singkarak series by singkarak.blogspot.com


Amir Zargari of the Azad University cycling team from Iran won stage 5 of the 2011 Tour de Singkarak on Friday, cementing his team’s unbeaten form so far.

Zargari, a climbing specialist, has worn the yellow jersey since Tuesday’s stage 2 and repeated his achievement this year following victory last year.

Zargari finished the stage in 1 hour 50 minutes and 35 seconds, ahead of compatriots Rahim Emami and Golakhour Porseyedi, despite a little confusion in the home stretch.

The 79-kilometer stage 5 wound its way through hills and the Ombilin River, with the 107 riders starting in Payakumbuh.

The top three riders controlled the peloton from the beginning before eventually building a lead.

A few meters before the finish line, lead rider Zargari took a wrong turn onto a route designated for race official and team cars.

However, he managed to return to the right path while maintaining a 4-second lead over second-place Emami.

“It was not a problem at all because I’ve was leading and my previous time gap was about 40 seconds,” Zargari said at a press conference after the race at Taman Segitiga in Sawahlunto regency.

Emami was the fastest in the 73.5-kilometer king of the mountain section, but Zargari maintains the polka-dot jersey with a total of 27 points.

South Korean Jang Chan-jae of Trengganu Pro Asia cycling team from Malaysia retained his green jersey as the fastest sprinter in the 48.8-kilometer intermediate sprint.

Racing in the Singkarak tour for the first time, the 22 year old said he did not have significant problems during the race.

“I push myself to the limit,” Jang said, adding that he was aiming for the winner’s green jersey by the end of the race.

In the Indonesian individual classification, Robin Manulang of Prima Utama finished sixth in the stage, 32 seconds behind.

The red-and-white jersey, however, remains with Agung Alisyahbana from the national team with an overall time of 10:19:55.

On Saturday, the tour enters stages 6A (94.6 kilometers from Sawahlunto to Basa Pagaruyung Palace) and 6B (39 kilometers from Basa Pagaruyung Palace to Padang Panjang).

The week-long US$75,000 race is scheduled to end in Singkarak Lake on Sunday.

Source:
Niken Prathivi, The Jakarta Post, Sawahlunto, West Sumatra | Sat, 06/11/2011 10:11 PM A | A | A |

Kamis, 09 Februari 2012

Inkulturasi Rumah Adat Bergonjong Minangkabau ke dalam Arsitektur Kubah Mesjid di Sumatera Barat

Dari beberapa gambar di bawah ini dapat kita saksikan proses inkulturasi budaya kuno Minangkabau ke dalam arsitektur masjid. Saat ini sudah langka karena sebagian besar kubah mesjid sudah mengadopsi gaya arsitektur Timur Tengah.


Seabad yang lalu, di satu nagari kecil di pinggang Gunung Merapi. Di lintas Jalan Batusangkar-Bukittinggi. Di saat jalan lintas itu belum beraspal mulus seperti sekarang. Nagari di Ranah Minang masih gelap gulita. Belum ada aliran listrik. Saat itulah, tepatnya tahun 1908, para tetua/ sesepuh atau di Ranah Minang disebut dengan tungku tigo sajarangan (kaum ulama, ninik mamak/para penghulu, cerdik pandai) Orang Rao-Rao, meran-cang satu masjid yang indah di pandang mata. Tidak sekadar baik menurut ilmu arsitek seperti yang berkembang sekarang. Melainkan juga dijiwai oleh semangat mengamalkan Islam secara kaffah, yang sejalan dengan menerapkan adat Minangkabau yang terkenal : Adat Ba-sandi Syara’ dan Syara’ Basandi Kitabullah (adat bersendi pada Agama, Agama bersendi pada Alquran). Apa yang harus dianut dalam adat, harus sesuai dengan ajaran Allah dan Rasul-Nya.

Semangat seperti itulah yang terkandung dalam masyarakat Rao-Rao masa dulu. Semua itu terwujud dalam bangunan Masjid Raya Rao-Rao yang hingga kini kokoh berdiri dengan ciri khas menara masjid yang bergonjong, perpaduan antara rumah gadang (rumah adat Minang) dan gonjong bak menara Masjid Masjidil Haram.


Harus diakui pula, pada masa itu tokoh muda dari Rao-Rao sudah ada yang belajar ke Mekkah. Setelah pulang mereka menjadi juru da’wah. Tidak hanya dikenal di sekitar wilayah Batusangkar, melain-kan juga berda’wah ke berbagai nagari di Sumatera Barat.

Sampai masa perang gerilya kemerdekaan dan “peri-peri” istilah Orang Rao-Rao untuk peristiwa PRRI (Pemerintahan Revolusioner RI), kitab berbagai bidang studi ilmu agama yang sebagian berbahasa arab, dipelajari dan disimpan di Masjid itu. Dengan demikian pembangunan sumber daya manusia berbasis Islam dan adat Minang, berjalan seiring dengan pembangunan fisik berupa Masjid Rao-Rao ini.

Bagaimanakah Masjid megah itu dibangun? Menarik untuk diungkap tentang berbagai keunggulan Orang Rao-Rao kala itu, untuk mengonsep dan mewujudkan bangunan melebihi zamannya.
Menurut cerita para tetua di Rao-Rao, sejak awal berdiri seabad lalu lantai masjid Rao-Rao tersusun dari keramik berkualitas tinggi. Tak tanggung-tang-gung, semua itu dipesan langsung dari negeri Tirai Bambu, China. Selalu halus dan mengkilat walau dipakai sampai 50 lebih.

Berhubung Rao-Rao merupakan nagari di pegunungan yang tak bisa diakses dari laut, dan angkutan darat seperti truk tidak tersedia, keramik itu harus dibongkar dari Pelabuhan Teluk Bayur Padang. Lalu dibawa dengan kereta api, dan kemudian digotong dengan kuda berjalan pelan dari Bukit Tinggi ke Rao-Rao. Itulah sebabnya, sekitar tahun 1990-an, saat terjadi renovasi dan lantai kemarik itu diganti dengan yang baru, sebagian Ibu-Ibu terutama berusia lanjut, yang mengetahui sejarah di atas, meneteskan air mata. Pasalnya, mereka mengetahui sejarah para orang tua Rao-Rao dulu berjuang dengan cara yang tidak mudah.


Adanya masjid yang terhitung sebagai bangunan super mewah di kala itu, dipergunakan multi fungsi oleh masyarakat, masjid bukan saja sebagai pusat beribadah, tetapi juga berfungsi sebagai pusat pendidikan yang memberi motifasi untuk kemajuan nak nagari, dan tidak kalah pentingnya Masjid juga digunakan sebagai kegiatan sosial lainnya, terutama waktu itu sebagai pusat penyusunan strategi perjuangan menghadapi penjajah kolonial, oleh para pejuang orang Rao-Rao, salah seorang dari pejuang itu Pakiah Sholeh ( Bapak Bupati Kab. Tanah Datar sekarang ) yang dibuang ke Digul/Tanah Merah Papua oleh Belanda). Masjid sebagai sentra pendidikan waktu itu, memacu semangat belajar Orang Rao-Rao. Semangat belajar itu terbukti dengan ramainya sekolah Darul Huda atau sehari-hari disingkat “sekolah DH,” yang terletak disisi kiri masjid. Setelah tamat sekolah DH, kala itu putra-putri dari Rao-Rao melanjutkan ke SMA atau Madrasah Aliyah, atau mengaji ke Surau- Surau yang terkenal di Ranah Minang untuk menuntut memperdalam ilmu agama. Dengan demikian pendidikan Rao-Rao mengalami kejayaan dibanding nagari lain, yakni masa pergolakan PRRI. Kala itu sejumlah pelajar pulang kampung karena sekolah mereka tutup di beberapa daerah. Atas inisiatif beberapa orang terpelajar dan Mahasiswa Rao-Rao, berdirilah sekolah darurat dengan guru-guru dari pemuda Rao-Rao sendiri. Nasib mujur, sekolah itupun diakui. Dan sebagai hasilnya pelajar dari nagari ini tidak mengalami putus sekolah, atau kehilang masa belajar setahun, karena pergolakan tersebut.

Adanya masjid yang bagus, kaum muda yang terpelajar, dilengkapi pula dengan minat pemuda untuk menjadi pedagang/ saudagar. Akibatnya, Rao-Rao tumbuh sebagai nagari dengan SDM yang berdaya saing baik. Bahkan dengan merantau dan berdagang, daerah ini kuat secara ekono-mi. Sejak dulu terkenal orang-orang Rao-Rao pulang kampung saat lebaran Idul Fitri, memperlihatkan kesuksesan peda-gang maupun kaum terpelajar. Dengan demikian, maka dapatlah dipa-hami bahwa kegotong-royongan Orang Rao-Rao sangat kuat. Termasuk dalam membangun masjid Rao-Rao itu sendiri. Saat awal mula pembangunannya, menu-rut cerita orang tua-tua, ada seorang perantau yang bersedia membiayai sendiri secara penuh. Perantau itu menetap di Kuala Lumpur, dan kalaupun tak kong-lomerat setara kini, setidaknya pedagang besar, bila sebutan masa sekarang. Tapi niat itu ditolak secara halus oleh Wali Nagari Rao-Rao kala itu. Alasannya sederhana saja, bila masjid yang menjadi kebanggaan Nagari dibangun oleh satu orang atau kelompok keluarga atau suku tertentu, akan mendatangkan perpecahan di kemudian hari. Pemikiran bijaksana itu, ternyata terbukti manjur sekarang. Masjid itu tetap menjadi kebanggaan bersama Orang Rao-Rao dimana pun di seluruh dunia. Pasalnya setiap individu dari berbagai lapisan dan suku di Rao-Rao ikut serta meneteskan keringat dan sumbangan materilnya untuk masjid tersebut.
Tidak heran bila beberapa kali direnovasi, bantuan dari perantau sangat besar dari berbagai kota di seluruh tanah air dan luar negeri. Dapatlah dibayangkan bahwa dulu masjid Rao-Rao beratap ijuk, dan
ornamen yang sesuai dengan masanya. Kini beratap seng dan beberapa kali berobah baik cat maupun bangunannya.

Bupati Tanah Datar, Shodiq Pasadigoe, dalam pidato peringatan 100 tahun Masjid Raya Rao-Rao, waktu pulang Basamo Lebaran, bulan Oktober 2008, menga-takan ada tiga masjid yang mirip dengan Masjid Rao-Rao di seluruh Sumbar. Dua masjid lainnya dibangun karena per-mintaan dibuatkan masjid seindah masjid ini. Lalu dibawalah mantan tukang kala itu, untuk membangun masjid yang sama di nagari tersebut. Jadi dari sisi arsitek, ini adalah masjid karya asli Orang Rao-Rao, bukan tukang yang “diimpor” dari nagari lain atau luar negeri.

Oleh sebab itu, bila anda mengunjungi Sumbar dan sempatkan melintasi Kota Batusangkar baik ke arah Bukittinggi maupun Payakumbuh, sangat tepat memilih berhenti di Rao-Rao. Selain tempat sholat dan melepas penat diper-jalanan, dalam tahun-tahun mendatang, Pemerintah Kabupaten Tanah Datar juga berencana membangun rumah musyafir, atau sejenis rumah singgah.
Jadi selain bisa sholat dan menikmat alam yang sejuk, bisa pula menginap di dekat masjid ini. Kedepan perjalanan wisata rohani cocok untuk diarahkan ke Nagari Rao-Rao ini. Selain itu perlu pula me-ningkatkan program pengkaderan ulama di Rao-Rao, sebagaimana kejayaannya dulu. Semoga.


Bulan April 2012, saya lihat masjid pada gambar di sebelah kiri, sungguh hancur kondisinya. Tiadakah upaya masyarakat dan Pemda Sumbar untuk merawat dan menjadikannya cagar budaya?


Sumber foto: lihat pada foto
                     www2.kemenag.go.id

Selasa, 07 Februari 2012

Tour de Singkarak 2012 Siap di Gelar

Tour de Singkarak series by singkarak-traveler.blogspot.com



Ghiboo.com - Tak beberapa lama lagi lomba balap sepeda internasional yang menjadi agenda tahunan dari Union Cycliste Internationale (UCI) dan Amaury Sport Organization (ASO) siap dimulai. Acara yang akan berlangsung di Padang, Sumatera Barat pada 4-10 Juni mendatang ini akan menempuh sebanyak 16 etape yang melewati kota dan kabupaten yang ada di Sumbar.

Dalam rilis yang diterima Ghiboo, Rabu (18/1) Wakil Menteri Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar mengatakan bahwa penyelenggaraan event tahunan ini sekaligus untuk memperkenalkan potensi wisata yang ada di wilayah Sumbar. "Lomba balap sepeda Tour de Singkarak sangat erat dengan kegiatan sport tourism, sehingga event ini, sarana efektif untuk mempromosikan pariwisata Indonesia," jelas Sapta.

Sementara itu, Gubernur Sumbar Irwan Prayitno menambahkan bahwa penyelenggaraan Tour de Singkarak 2012 diharapkan bisa membawa dampak peningkatan ekonomi bagi masyarakat Sumbar. "Kegiatan ini tak hanya diramaikan oleh tim pembalap internasional, namun para pelancong dari berbagai mancanegara juga datang untuk menyaksikan lomba ini dan menikmati keindahan alam Sumbar," ucap Irwan.

Agar acara event tahunan ini lebih meriah, setiap kota dan kabupaten yang menjadi titik etape tersebut akan mengadakan berbagai acara seperti seni, budaya, kuliner dan kerajinan tangan khas daerah setempat. Tak hanya itu beberapa daerah juga akan mengadakan beberapa festival untuk menghibur para wisatawan, seperti Festival Langkisau di Kabupaten Pesisir Selatan.

Dalam festival ini akan ada lomba paralayang yang mengikutsertakan peserta dari Belanda. Selain itu ada juga lomba renang antar pulau, lomba dayung dan berbagai pertunjukan kesenian rakyat Pesisir Selatan. Selain itu ada juga Festival Siti Nurbaya dan Festival Rendang untuk memeriahkan event internasional kali ini.

Bagi Anda yang ingin menyaksikan acara Tour de Singkarak sekaligus menikmati berbagai acara yang ada, Anda bisa mengambil paket wisata Tour de Singkarak 2012. Paket wisata ini dibagi menjadi beberapa bagian antara lain paket start, paket finish atau paket seluruh acara. Paket ini memudahkan Anda menikmati tempat wisata dan kesenian yang ada di Sumatera Barat.

Jadi jangan sampai Anda melewatkan ajang event tahunan terbesar ini!!!​

Sumber:
ghiboo.com

JELANG TOUR DE SINGKARAK 2012 : Agam Canangkan “Ayo Bersepeda”

Tour de Singkarak series by singkarak-traveler.blogspot.com





MANINJAU — Saking antusiasnya menyukseskan iven Tour de Singkarak (TdS) yang akan dilaksanakan Juni nanti, Bupati Agam, Indra Catri mencanangkan “Ayo Bersepeda”. Tak tanggung-tanggung pencanangan itu mengundang Wakil Gubernur, Muslim Kasim, Sabtu (21/1).

GEBYARKAN
“Sukses yang diinginkan Pemerintah Kabupaten Agam untuk iven TdS tahun 2012 ini tidak hanya sukses pelaksanaan saja, tapi juga mendorong pembinaan olah raga sepeda di wilayah masing-masing kecamatan se kabupaten Agam. Tidak kalah pentingnya dampak nilai ekonomis bagi masyarakat Agam,” ujar Indra Catri, di sela-sela rangkaian Tour de Maninjau (TdM), Sabtu lalu.
Pembinaan olahraga sepeda disebutkan Indra Catri erat kaitannya budaya hidup sehat. Untuk itu pihaknya meminta koordinator olahraga kecamatan harus meng koordinir cabang olahraga sepeda yang saat ini Sumbar telah mempunyai kalender tetap Tds.
“Adanya Tds dan TdM, akan menjadikan motivasi kita untuk lebih mendorong pengembangan olahraga sepeda di masing-masing kecamatan di Agam,” tutur Indra Catri.
Wagub Sumbar Muslim Kasim dalam sambutanya pada rangkaian kegiatan TdM mengatakan, pelaksanaan TdS harus didukungan dengan pencanangan “Ayo Bersepeda” Kabupaten Agam telah meresponnya dengan baik.
Sementara itu, Ketum KONI Sumbar, Syahrial Bakh tiar yang turut hadir mendampingi Wagub menjelaskan, bersepeda adalah sebuah kegiatan rekreasi atau olahraga, serta merupakan salah satu modal transpor_tasi darat.
Banyak penggemar bersepeda yang melakukan kegiatan tersebut di berbagai macam medan, misalnya bukit-bukit, medan yang terjal maupun hanya sekadar berlomba kecepatan saja. Olahraga bersepeda profesional dinamakan balap sepeda. Ada banyak manfaat bersepeda, yaitu berupa mencegah datangnya beberapa penyakit. (agusmardi)

Sumber: seutuhnya dari hariansinggalang.co.id

JELANG TOUR DE SINGKARAK 2012 : Agam Canangkan “Ayo Bersepeda”
Tanggal 24 January 2012

Tour de Singkarak 2012 Digelar Awal Juni

Tour de Singkarak series by singkarak-traveler.blogspot.com



Jakarta - Lomba balap sepeda internasional Tour de Singkarak 2012 akan digelar pada 4-10 Juni mendatang. Selain olahraga, event ini juga tetap akan menonjolkan sisi budaya dan pariwisata di Sumatera Barat.

Selain kenaikan jumlah pebalap dan negara peserta (diikuti sekitar 120 atlet dari 15 negara), pihak penyelenggara juga berusaha meningkatkan beberapa hal, seperti menambahkan dua kota ke daftar rute, dan membuat jalur balapan lebih menantang.

"Ada beberapa perbaikan teknis penyelenggaraan, yaitu rutenya menantang dan jarak yang tidak terlalu pendek," ujar Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sapta Nirwandar, dalam jumpa pers Tour de Singkarak 2012, di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta, Rabu (18/1/2012).

Rute minimal untuk tahun ini adalah di atas 100 km per etape. Tahun ini akan ada 7 etape, dengan Sijunjung dan Pesisir Selatan yang menjadi dua kota baru yang masuk rute. Total rute yang akan ditempuh pembalap adalah 800 kilometer, melewati 14 kota dan kabupaten. 

Setiap kota dan kabupaten yang dilewati rute lomba akan menampilkan kesenian daerah masing-masing. Tidak hanya seni musik, tari dan kuliner, tapi juga kebudayaan dari daerah tersebut. 

Pada hari terakhir acara, akan diadakan Festival Rendang di Padang. Festival yang menghasilkan 5,2 ton rendang ini diharapkan bisa menarik perhatian.

Sawahlunto dipilih menjadi titik start Tour, dan Padang finish-nya. Pemilihan daerah ini mengikuti konsep Tour de France, yaitu start bisa dinamis namun titik akhir harus berada di ibukota. Ibukota merupakan pintu masuk dan keluar daerah, sehingga dengan titik akhir di ibukota, kepulangan peserta akan semakin mudah.

"Lomba balap sepeda Tour de Singkarak ini sangat erat dengan kegiatan sport tourism, sehingga menjadi sarana efektif mempromosikan pariwisata yang dibingkai dalam Wonderful Indonesia," ujar Sapta. 


Sumber:
http://www.detiksport.com

Faela Shafa - detiksport
Rabu, 18/01/2012 16:18 WIB

Tour de Singkarak 2012 Dimulai dari Sawahlunto

Tour de Singkarak series by singkarak-traveler.blogspot.com


foto


TEMPO.CO, Padang - Kota Sawahlunto dipastikan menjadi titik start lomba balap sepeda internasional Tour de Singkarak 2012 yang akan digelar di Sumatera Barat pada 4 Juni-10 Juni. Dalam tiga kali penyelenggaraan Tour de Singkarak sebelumnya, titik start selalu dimulai dari Padang. Namun, tahun ini, Padang menjadi titik finis Tour de Singkarak.

Wali Kota Sawahlunto Amran Nur menyambut gembira terpilihnya Sawahlunto sebagai tuan rumah dalam pembukaan Tour de Singkarak. Menurutnya, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar menunjuk Sawahlunto sebagai tuan rumah karena Sawahlunto dianggap paling siap berpartisipasi dalam penyelenggaraan Tour de Singkarak.

“Kami siap menerima 500 tamu yang akan datang dalam Tour de Singkarak. Hotel di Sawahlunto juga sudah bertambah dan cukup untuk menampung peserta Tour de Singkarak,” kata Amran Nur, Sabtu, 21 Januari 2012.

Ia mengatakan akan mempersiapkan sejumlah tempat wisata kota tambang di Sawahlunto untuk menyambut peserta Tour de Singkarak. Apalagi Sawahlunto juga sudah ditetapkan menjadi salah satu kota tua terbaik di Indonesia.

“Rencana kami, begitu sampai di Padang, peserta Tour de Singkarak kami bawa ke Padang Panjang, dan dari Padang Panjang mereka akan naik kereta api lokomotif uap Mak Itam ke Sawahlunto yang menyusuri tepian Danau Singkarak. Itu perjalanan yang amat menarik,” kata Amran Nur.

Kereta api uap Mak Itam adalah ikon pariwisata Sawahlunto. Pada Tour de Singkarak sebelumnya, Mak Itam hanya membawa pembalap dan sepedanya pada jalur pendek dari Kota Sawahlunto ke Muaro Kalaban.

Tour de Singkarak 2012 akan diikuti 25 tim, terdiri atas 15 tim luar negeri dan 10 tim dalam negeri. Tujuh etape akan dilombakan di balapan yang akan melewati 14 kabupaten dan kota di Sumatera Barat itu.

Kabupaten Sijunjung dan Pesisir Selatan menjadi dua kabupaten baru yang masuk rute Tour de Singkarak, sehingga total rute yang akan ditempuh pembalap adalah 800 kilometer. Total hadiah Tour de Singkarak tahun ini naik menjadi Rp 1 miliar, dibandingkan tahun lalu Rp 750 juta

Sumber: foto dan berita dari tempo.co

Tour de Singkarak 2012

Tour de Singkarak series by singkarak-traveler.blogspot.com



Padang (ANTARA News) - Lomba balap sepeda internasional Tour de Singkarak (TdS) 2012 di Sumatera Barat, 4-10 Juni 2012, akan memperebutkan hadiah total Rp1 miliar.


"Untuk penyelenggaraan TdS 2012 ini, panitia menyediakan total hadiah sebanyak Rp1 miliar," kata kepala dinas kebudayaan dan pariwisata (Disbudpar) Sumatera Barat Burhasman Bur di Padang, Rabu.


Ia mengatakan, adanya peningkatan jumlah hadiah dibanding dengan penyelenggaraan TdS 2011 lalu yang berjumlah Rp750 juta merupakan bagian dari inovasi untuk bisa menambah daya tarik event ini agar lebih bergengsi pada tahun sebelumnya.


Lebih lanjut ia menambahkan, total hadiah yang disiapkan panitia penyelenggara itu merupakan pendanaan gabungan dari 14 pemerintah kabupaten/kota yang akan dilewati para peserta balap sepeda, serta gabungan dari Pemprov Sumbar dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.


Burhasman juga mengatakan, total hadiah tersebut akan dibagi dalam beberapa kategori pertandingan, termasuk pebalap yang juara dalam masing-masing etape.


"Untuk besar hadiah per etapenya masih dalam pengkajian oleh panitia dan Ikatan Sepeda Sport Indonesia (ISSI), termasuk juara umum dalam perlombaan tersebut," katanya.


Selain itu katanya, pembagian jarak masing-masing etapenya juga dalam tahap pembahasan dengan melibatkan badan Balap Sepeda Internasional (UCI).


Ia mengharapkan, dengan bertambahnya hadiah dalam perlombaan tersebut mampu memancing tim balap sepeda unggulan yang selama ini juga turun dalam event balap sepeda internasional lainnya seperti Tour de France dan Tour de Langkawi.


Selain meningkatkan jumlah hadiah dalam peregelaran TdS 2012 ini, sebagai inovasi baru, panitia juga memindahkan tempat start pebalap, yang selama ini rutin dilaksanakan di Kota Padang untuk penyelenggaraan tahun ini dimulai dari Kota Sawahlunto.


"Ini juga bagian dari langkah-langkah panitia agar penyelenggaraan event ini lebih dinamis dan memberikan nuansa baru dalam setiap penyelenggaraan," katanya.


Tour de Singkarak merupakan ajang internasional lomba balap sepeda tahunan yang sudah berlangsung tiga kali sejak tahun 2009.


Ajang ini sudah menjadi agenda resmi tahunan Organisasi Balap Sepeda Dunia (Union Cycliste Internationale) bekerja sama dengan Pengurus Besar ISSI, pemerintahan daerah dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.


Berdasarkan data tahun lalu, TdS terlaksana di 12 kabupaten dan kota di Sumbar serta melombakan 7 etape dengan jarak total 739,3 km diikuti oleh oleh 13 tim internasional dan 11 tim nasional dengan total negara yang ikut serta adalah 17 negara.

Sumber:
Foto   : tourdesingkarak.com
Berita : antaranews.com

Minggu, 05 Februari 2012

Pakaian Adat Minangkabau Zaman Belanda

Tour de Singkarak Series by singkarak-traveler.blogspot.com
Lihatlah tingginya seni budaya dan tatacara berbusana orang dahulu. Setiap detil pakaian mereka melambangkan cita rasa seni dan filosofi yang sangat tinggi. Motif dan anyaman memberikan perlambang yang filosofis. Bandingkan dengan pakaian zaman sekarang yang cenderung berpakaian seperti orang suku terasing dan bercita rasa sangat rendah....Ah datuk.....malu kami ini.....

















Foto-foto dari perpustakaan  Belanda dan lainnya (lihat sumber di foto: sengaja ditampilkan apa adanya)

Kamis, 02 Februari 2012

Ayam Kokok Balenggek - Solok Sumatera Barat


Tour de Singkarak series by singkarak-traveler.blogspot.com



Air Terjun Bayang Sani - Pesisir Selatan

Tour de Singkarak series by singkarak-traveler.blogspot.com

Pantai Aia Manih (Air Manis) Padang

Tour de Singkarak series by singkarak-traveler.blogspot.com

Lapuknya Balai Nagari - Simbol Adat yang Kalah oleh Zaman

Tour de Singkarak series by singkarak-traveler.blogspot.com

Balai dalam pengertian orang minang berarti tempat pertemuan, yang wujudnya bisa berbentuk Gedung Pertemuan atau Pasar. Keberadaan Balai Nagari ini mirip dengan keberadaan Alun-Alun di Jawa, dimana alun-alun biasanya menjadi pusat sosialisasi masyarakat.

Keberadaan Balai Nagari di Sumatera Barat saat ini banyak yang tidak terawat. Hal ini menunjukkan kurangnya penghargaan terhadap kelembagaan adat yang ada. Keberadaan Balai Nagari tidak lagi menjadi prestise/kebanggaan suatu suku/kaum/nagari. Bahkan mereka sudah tidak malu jika Balai Nagari mereka lusuh, kusam, lapuk dan hancur dimakan rayap.

Saat ini sangat sulit untuk mencari Balai Nagari yang representatif dan dapat dibanggakan. Mungkin salah satunya ada di Nagari Singkarak yang berada dekat Danau Singkarak. Fotonya seperti dibawah ini.

Namun keberadaan Balai Nagari Singkarak juga tidak terawat dan dirusak keindahannya oleh bangunan dari beton yang menempel disampingnya. Bahkan kadang-kadang bagian bawahnya menjadi tempat bernaung binatang.

Beberapa Balai Nagari lainnya dapat kita lihat pada gambar berikut:


Rabu, 01 Februari 2012

Masjid Raya Gantiang - Padang


TUHAN TELAH MATI

(dari sebuah lagu lama yang mendengung diingatan)

Saat melintas di simpang Tabing,
Aku lihat orang berwajah putih nyebrang
Pakaiannya serba putih terlambai tertiup angin petang
Dan sang surya pergi ke pantai barat ingin cepat pulang

Wajahnya sayu dengan senyum kuyu
Aku menyapa basa basi sambil lalu
"Apa kabar pak tua?"
Dia berhenti dan menatap padaku
Bola matanya buatku merinding; hijau

"Kabar duka" jawabnya pendek
"Apa yang terjadi? memang bapak siapa?"
"Aku adalah malaikat" ucapnya masih dengan suara serak
Aku tertawa, tertawa lepas tak peduli ada di depannya
Mungkin dia orang gila di seputaran tugu Adipuran yang tengah mabuk!

"Dari mana wahai engkau malaikat? apa kabar Tuhan hari ini?" ikut gila celotehku
"Tuhan telah mati"
"Tuhan mati? Sang Awal dan Sang Akhir telah mati?" terbahak aku
Orang mabuk dan gila sepertinya mulai jadi penghias kota tua!

"Kenapa engkau tertawa wahai anak muda? aku baru saja dari acara penguburan Tuhan!"
Aku diam, sementara gelap telah mencengkram
Angin malam mulai mendingin
Lampu-lampu kendaraan berseliweran buram
Khatib Sulaiman mulai menguning bertabur lampu jalan
"Pak tua, kau kualat. Dia adalah Tuhan. Dia bukan makhluk namun Dia adalah penguasa makhluk. Kekal adalah sifat tak terbantahkan!"

"Pak tua, kau kualat! kau benar-benar kualat! cepatlah bertobat,
dan kau bukan malaikat, kau sekadar orang gila yang mabuk berat"
Orang pucat itu menatapku erat
Mata hijaunya membesar buat kutakut
Tapi dia bercanda dengan Tuhan buat marahku larut

“Anak muda kenapa engkau tak percaya padaku?”
Suaranya pelan tetap serak
Apakah kesedihan di situ?
Bulan sabit tertutp awan di atas gonjong Padang bersama bintang-bintang perak
“Bagaimana aku bisa percaya padamu wahai malaikat penipu?”

“Aku baru saja dari pemakaman Tuhan!” kini suaranya mengeras
“Aku tak percaya, kau orang gila yang sedang mabuk!” sanggahku tegas
“Aku bukan penipu dan bukan orang gila atau mabuk. Aku malaikat!”
“Cobalah terangkan padaku wahai malaikat tua; kapan dan di mana Tuhan di makamkan? Dan bagaimana Tuhan bisa mati?” aku mengalah pada orang gila yang mabuk
(semoga aku tak ikutan gila serta mabuk pula)

Mulailah ia bercerita,
“Aku baru saja berjalan-jalan menyusuri kota,
Aku lihat orang-orang beribadah di mal-mal,
Aku lihat orang-orang rukuk di lantai dansa,
Aku lihat orang-orang sujud pada harta,
Aku lihat orang-orang menghamba pada manusia,
Aku lihat mereka telah mengganti kitab suci dengan televisi,
Aku pun mendengar mereka mengaji dengan ayat-ayat yang tak pernah aku sampaikan pada rasul yang agung 14 abad yang lalu,
Dan mereka mulai berzikir untuk mengagungkan materi,
Tuhan telah mati….. Tuhan telah mati….”

Malam semakin gelap dan angin mulai menembus jaket
Di atas trotoar Samudera,
Dua pasang muda-mudi lalu di depan kami,
Berjalan berdekapan erat seolah ingin melawan dingin

Pak tua bermata hijau itu melanjutkan ceritanya,
Suara serak kini makin mengeras,
“Mereka usung keranda yang berisi Tuhan dalam balutan kealiman saat menjalankan larangan Tuhan,
Kau tahu,
Aku mendengar sekelompok orang bicarakan BT di teras masjid usai sholat magrib!
Mereka tengah mengusung-Nya….. mereka adalah pengusung keranda itu!”
Kalimat terakhir dilafaskannya dengan lengkingan keras

“Lalu mereka mengubur Tuhan dalam diskusi yang berisi Tuhan itu ada di mana-mana!
Hingga tak ada lagi yang Esa
Engkau tahu wahai anak muda,
Dia adalah satu, tak beranak dan tidak diperanakkan,
Tak ada yang menyerupainnya!”
Aku diam seribu bahasa,
Tuhan, semoga Engkau masih hidup dalam diri rapuh ku…

September 2011, Rifki

Puisi Rifki Ferdiansyah
RIFKI FERDIANSYAH, 28 tahun yang lalu lahir di Semarang; tepatnya pada hari keempat di bulan Mei 1983. Menamatkan kuliah Sastra Inggris di Universitas Bung Hatta pada tahun 2005. Tertarik dengan dunia jurnalistik dan sempat merasakan dunia jurnlis. Namun, profesi guru bahasa Inggris di salah satu Sekolah Menengah Pertama kota Padang menjadi aktivitas sehari-harinya kini. 

Romansa Kota Tua Padang - West Sumatra

Tour de Singkarak series by singkarak-traveler.blogspot.com


SI PADANG, OH SI PADANG (RAPSODI ZAMAN)

                        Engku muda!
Jalan ini, jalan tidak bertapak engku! Sebelah utara di rel lokomotif tua pingiran muara
engku berjalan sendiri menjemput senyum gadis cina, yang diapit hasap hio di kelenteng
karcis kelas II seharga ƒ 0,5 (gulden) masih engku pegang sebab pertunjukanToneel tidak jadi
Orang-orang membiarkan mukanya terendap dalam lenguh si kuda bendi di pasar Kuranji
dan nama engku tercatat dalam roman itu “Si pelerai kasih” itulah kabar angin yang tersiar

Malam minggu selepas petang bergerimis di awal  Desember 1921, kita berjanji di sini,
Aku mengenakan kebaya, sedang engku mengenakan peci dan sarung tenun dari Samarinda
Di tangan masih hangat berita di Pertja Barat, koran sore yang remuk aku lipat.  Engku datang
Seperti gerak lokomotif mengangkut karang putih berdenyut-denyut darah dalam jantungku
Emmahaven nan bacin, dermaga Gaung sisa-sisa kantuk tersemat di ceruk matamu engku.
Dan kita berlalu, memikir negeri, mengukir asma azan di dada masing-masing.

Uda
Jalan ini, jalan tidak bertapak uda! Masing ingatkah kita bersepeda melintasi gardu Muara
Malam minggu selepas petang bergerimis di awal  Desember 1973, kita berjanji di sini,
Aku mengenakan rok dan blues sedang uda, levis cut bray, kemeja ketat dan kriting kribo
Ke Gunung Padang kita, ke Gunung Padang, menjenguk rindu pada ujung-ujung buih lautan
Kita kunyah gulali, kita kuliti kacang abuih, dan lidah kita berdecak-decak,kencan pertama
Denyut kota ini semakin lenguh di antara lagu-lagu gamad,mengalir seperti terlerai dari zaman
                                   
                                    Sayang!          
Malam minggu selepas petang bergerimis di awal Desember 2005, kita berjanji di sini
Di jalan damar, sore yang ribut terkantuk, bau amis laut berganti dengan seduh kopi pahit,
Mesin-mesin ketik tua kejar-mengejar dari ruang redaksi, Haluan mencatat “Generasi Sesak”
Lamat  lagu gamat, suara azan semakin jauh digilas lalu lintas sibuk, etalase, bilboar, rapun
Dan angin lasi terantuk, di losmen, gincu tebal dan dentang ombak puruih teramat nyinyir,
dan kita berlalu  seperti lagi sedih, si padang oh si padang, lalu orang-orang berteriak “Tsunami”
                       
Honey!
Jalan ini jalan tidak bertapak sayang! Masih ingat? kita larut dalam desak payung-payung Taplau
gue mengenakan tank top biru muda, levis potong paha, sedang elo  keluar ala “Mohawk”modis
dan kita seperti sesak mengukir warna di biru di kanal-kanal teluk tubuhku, di gelinjang betisku
jalan-jalan seperti pentas catwalk, hinggar dentum musik dari angkot, surau-surau  lengang, seperti riak yang berteriak-teriak si pongah.  Beragam aroma nafas, amis keringat akhirnya berderam labuh di sudut-sudut kota, sumpah serapah dan seseorang menunjuk ke arahku “uwia-uwia mintak gatah” dan kita berlalu tak peduli seperti lagi sedih si padang oh si padang,  kian kisut, semakin lagis terantuk di tikam zaman.


Puisi Kurnia Hadinata
KURNIA HADINATA, dilahirkan 17 Desember 1981 silam di kota budaya Batusangkar, Sumatera Barat. Merupakan alumnus Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa Sastra dan Seni (FBSS) Universitas Negeri Padang (UNP) tahun 2004. Tahun 2011 menamatkan pendidikan S2-nya di almamater yang sama. Sampai sekarang aktif menulis dan mengisi kolom, puisi, cerpen, artikel dan feature dan foto di beberapa media lokal Sumbar dan nasional, diantaranya Harian Singgalang, Harian Padang Ekspres, HarianHaluan, Harian Mimbar Minang. Majalah Sastra Horison (Jakarta), MajalahKartini (Jakarta). Secara pribadi pernah menerbitkan buku kumpulan puisi yang bertajuk Aubade Pesta Hujan (2003). Musim Hujan yang Menggugurkan Daun-daun Puisi (2007), Lelaki yang Kawin dengan Orang Bunian  (Kumpulan Cerpen, 2007) dan sebuah novelBianglala di Bukit Barisan (2008). Pernah menjadi wartawan lepas di beberapa media massa diantaranya Harian Haluan Padang (2004-2005) menjadi Koresponden LKBN ANTARA (2005-2006). Berbagai penghargaan pernah diraihnya diantaranya nominator Lomba Menulis Cerpen Tingkat Nasional pada Festival Kreativitas Pemuda 2006 kerjasama Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda Kementrian Pemuda dan Olah Raga RI denganCreative Writing Institute (CWI). Juara 3 Lomba menulis Essai  Pendidikan Antar Wartawan Se- Kabupaten Pasaman tahun 2009. Peringkat 3 Lomba Menulis Cerpen Tingkat Guru Se-Sumbar Tahun 2009. Nominator 20 Cerpen Favorit Lomba Menulis Cerpen Remaja Rhoto Award 2009. PeringkatRunner-Up Lomba Menulis Cerpen (LMCP) tingkat Nasional antar guru SMA/SMK tahun 2009. Tahun 2010 bukunya “Ayo Membuat Film Cerita Pendek” berhasil meraih Juara 1 Sayembara Menulis Buku Pusat Perbukuan Nasional Kemendiknas.  Saat ini sambil mengajar di SMP Negeri 2 Panti Pasaman Sumatera Barat juga terus mengelola rumah baca dan sanggar menulis bagi anak miskin dan pemuda putus sekolah,  di Kabupaten Pasaman. Sekarang penulis menetap di Jl. Pasar Inpres Air Terbit Panti No 31, Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman, Sumbar.